Melihat Tradisi Saparan Bekakak Ambarketawang, Upacara Adat Sejak 1756

Traveling162 Views

Melihat Tradisi Saparan Bekakak Ambarketawang – Tradisi Saparan Bekakak merupakan salah satu upacara adat yang telah berlangsung selama berabad-abad di Desa Ambarketawang, Sleman, Yogyakarta. Upacara yang diselenggarakan setiap tahun ini tidak hanya menjadi wujud syukur kepada Tuhan, tetapi juga merupakan pelestarian budaya yang mengikat masyarakat setempat. Dalam artikel ini, kita akan mengupas lebih dalam mengenai tradisi ini, makna yang terkandung di dalamnya, serta bagaimana pelaksanaannya hingga saat ini.

Melihat Tradisi Saparan Bekakak Ambarketawang : Sejarah Tradisi Saparan Bekakak

Tradisi Saparan Bekakak pertama kali dilaksanakan pada tahun 1756 sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang melimpah. Seiring berjalannya waktu, upacara ini mengalami perkembangan dan penyempurnaan, hingga menjadi acara yang sarat akan makna dan simbolik. Kata “saparan” sendiri berasal dari kata “sapar” yang berarti bersih, sedangkan “bekakak” merujuk pada hewan ayam, yang dianggap sebagai simbol kesuburan dan kemakmuran.

Masyarakat Ambarketawang percaya bahwa dengan melaksanakan tradisi ini, mereka akan mendapatkan berkah dari Tuhan serta terhindar dari bencana. Selain itu, tradisi ini juga menjadi ajang untuk mempererat tali silaturahmi antarwarga desa.

Melihat Tradisi Saparan Bekakak Ambarketawang : Makna dan Simbolisme dalam Upacara

Upacara Saparan Bekakak mengandung berbagai makna dan simbolisme yang dalam. Salah satunya adalah penyediaan sesaji, yang terdiri dari berbagai macam makanan tradisional, seperti nasi tumpeng, sayuran, dan ayam bekakak. Makanan ini disusun dengan cantik dan diletakkan di atas sebuah altar sebagai persembahan kepada Tuhan dan roh leluhur.

Ayam bekakak, yang merupakan bagian penting dari upacara ini, dipilih sebagai simbol pengorbanan dan kesuburan. Dalam budaya Jawa, ayam juga dianggap sebagai hewan yang membawa keberuntungan. Prosesi penyembelihan ayam dilakukan dengan penuh rasa hormat dan mengikuti tata cara yang telah ditentukan, sebagai bentuk penghormatan kepada hewan yang disembelih.

Pelaksanaan Tradisi Saparan Bekakak

Tradisi Saparan Bekakak dilaksanakan setiap tahun pada bulan Suro, yang merupakan bulan pertama dalam kalender Jawa. Acara ini dimulai dengan prosesi pembersihan lingkungan desa, di mana warga secara gotong royong membersihkan jalan dan tempat-tempat ibadah.

Setelah itu, dilaksanakanlah prosesi ritual yang melibatkan tokoh adat dan pemuka masyarakat. Mereka akan melakukan doa bersama dan menghaturkan sesaji kepada Tuhan serta leluhur. Selanjutnya, diadakan pertunjukan seni tradisional, seperti tari-tarian dan musik gamelan, yang melibatkan partisipasi aktif dari warga desa.

Acara puncak dari tradisi ini adalah pemotongan ayam bekakak yang diiringi dengan doa. Setelah pemotongan, masyarakat bersama-sama menikmati hidangan yang disediakan. Momen ini menjadi waktu berkumpul yang penuh kebersamaan dan kekeluargaan.

Pelestarian Tradisi di Era Modern

Di tengah perkembangan zaman yang semakin pesat, pelestarian tradisi Saparan Bekakak tetap menjadi prioritas bagi masyarakat Ambarketawang. Mereka menyadari bahwa tradisi ini tidak hanya sebagai warisan budaya, tetapi juga sebagai identitas yang harus dijaga. Oleh karena itu, masyarakat terus berupaya untuk mengajak generasi muda terlibat dalam pelaksanaan tradisi ini.

Sekolah-sekolah di sekitar desa juga turut berperan aktif dalam mengenalkan nilai-nilai budaya lokal kepada siswa. Kegiatan sosialisasi dan pendidikan tentang tradisi Saparan Bekakak diadakan agar anak-anak memahami pentingnya melestarikan budaya daerah mereka.

Kesimpulan

Tradisi Saparan Bekakak di Ambarketawang merupakan sebuah upacara adat yang kaya akan nilai-nilai budaya dan spiritual. Dengan telah berlangsung selama lebih dari 250 tahun, upacara ini tidak hanya menjadi sarana syukur kepada Tuhan, tetapi juga memperkuat ikatan sosial antarwarga desa.

Melalui pelaksanaan tradisi ini, masyarakat Ambarketawang menunjukkan komitmennya untuk menjaga warisan budaya serta memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia kepada generasi mendatang. Dengan demikian, tradisi Saparan Bekakak bukan hanya menjadi acara tahunan, tetapi juga simbol persatuan dan kesatuan masyarakat yang patut dilestarikan.