Cerita Devi Kena PHK di Tengah Suasana Berduka Hidup kadang tak memberi jeda. Itulah yang dialami oleh Devi Nurhayati (29), seorang pegawai kontrak di sebuah perusahaan ekspor-impor di kawasan Jakarta Utara. Saat dirinya masih berkabung karena kehilangan ayah tercinta, Devi justru harus menerima kenyataan pahit: surat pemutusan hubungan kerja (PHK) dari kantornya tiba di hari ketiga masa duka.
Duka PHK yang Belum Usai, Ditimpa Kabar Mengejutkan
Ayah Meninggal Mendadak
Ayah Devi, seorang sopir angkot yang menjadi tulang punggung keluarga, meninggal dunia karena serangan jantung. Kepergian itu terjadi secara mendadak di pagi hari saat Devi hendak berangkat kerja.
“Aku masih ingat jelas. Hari itu, aku sudah siap-siap berangkat. Tiba-tiba tetangga manggil dan bilang ayah pingsan di garasi. Nggak sampai satu jam, beliau pergi. Rasanya seperti mimpi buruk yang nyata,” cerita Devi dengan suara parau.
Tiga Hari Kemudian: PHK
Di tengah suasana duka, Devi masih berusaha mengurus semua kebutuhan rumah tangga bersama ibunya. Namun belum seminggu berselang, ia menerima surat dari HRD yang menyatakan bahwa kontraknya diputus karena efisiensi perusahaan.
“Aku pikir atasan akan mengerti kondisiku. Tapi ternyata tidak. Mereka bilang ini keputusan manajemen dan berlaku untuk beberapa orang. Tapi rasanya tetap seperti ditusuk dari belakang,” ujar Devi.
Reaksi Keluarga dan Mental yang Terguncang
Sempat Menyalahkan Diri Sendiri
Devi sempat mengalami gangguan kecemasan dan kehilangan nafsu makan. Ia merasa beban keluarga kini seluruhnya di pundaknya, apalagi sang adik masih sekolah dan sang ibu belum pulih secara mental dari kehilangan suaminya.
“Aku sempat merasa gagal. Merasa jadi anak yang nggak bisa diandalkan. Malam-malam aku sering menangis sendiri. Nggak berani cerita ke teman-teman,” tambahnya.
Dukungan Datang dari Teman dan Psikolog
Beruntung, seorang teman Devi yang juga bekerja sebagai relawan kesehatan mental, menghubungkannya dengan layanan konseling gratis. Dari sana, Devi mulai bisa memahami bahwa kondisinya bukan salahnya, dan bahwa ia tidak sendirian.
“Aku jadi pelan-pelan bangkit. Mulai ikut webinar, kirim CV, belajar lagi hal-hal baru. Pelan tapi pasti, aku sadar kehilangan itu bagian dari hidup,” katanya.
Bangkit Lewat Dunia Freelance
Menulis Jadi Terapi
Karena sebelumnya pernah aktif menulis di blog, Devi kembali ke hobi lamanya. Ia mulai menulis puisi dan cerita pendek bertema kehilangan dan ketabahan.
“Awalnya cuma buat diri sendiri. Tapi lama-lama aku unggah di Instagram. Ternyata banyak yang merasa relate. Ada yang kirim DM dan bilang tulisan aku bikin mereka merasa lebih kuat. Itu bikin aku senang banget,” ungkap Devi.
Peluang Baru di Tengah Luka
Dari unggahan di media sosial, Devi ditawari pekerjaan freelance menulis untuk sebuah website kesehatan. Kini, ia mengatur waktu sendiri, bekerja dari rumah, dan membantu ibunya membuka usaha kecil-kecilan berupa warung kelontong.
Dari Duka PHK, Lahir Kekuatan
Cerita Devi menjadi potret nyata bahwa hidup bisa sangat kejam, tetapi juga bisa membuka pintu baru ketika kita tidak menyerah. PHK di tengah suasana berkabung memang bukan situasi yang mudah, namun Devi menunjukkan bahwa ketabahan dan dukungan sosial bisa menjadi penopang untuk bangkit kembali.
“Kalau kamu sekarang lagi di titik terendah, ingat, itu bukan akhir. Kadang titik terendah itu justru awal dari jalan baru,” tutup Devi, sambil tersenyum.